Tuesday, March 3, 2009

Membangun Bangsa dengan Cinta

Koran SINDO
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/218224/

Oleh: Eko Budihardjo

Tuesday, 03 March 2009
Kita mesti bangga bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain berkat perjuangan para pahlawan, yang hanya dengan bambu runcing tetapi dengan semangat baja, berhasil mengusir penjajah.

Kita merdeka melalui cucuran darah dan bahkan taruhan nyawa. Bukan karena pemberian dan belas kasih. Kita layak berbangga pula, presiden pertama kita seorang insinyur yang juga orator andal,dengan penuh percaya diri berpidato di depan sidang PBB: “We are free”. Belakangan, bahkan ditiru oleh Dr Mahatir Muhammad dengan pernyataannya “Go to hell with IMF.

”Sampai-sampai ada yang menyebutnya sebagai “Little Soekarno.” Kita mesti bangsa sebagai bangsa yang reformis,dipimpin oleh presiden yang beragam. Sesudah Bung Karno yang insinyur, kemudian berturutturut diganti Pak Harto yang militer, Habibie yang profesor, Gus Dur yang ulama, Megawati yang wanita serta SBY yang doktor.

Namun, perlu kita renungkan petuah bijak dari proklamator kita: “Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan,walaupun jembatan emas, di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa,satunya lagi ke dunia sama ratap sama tangis.” Guna mencegah ratapan dan tangisan rakyat itulah,kita mesti mencanangkan tekad mulia: “Membangun Bangsa dengan Cinta.”

Kekuatan Cinta

Menurut UNESCO, dunia pendidikan mesti dikembangkan berdasarkan empat pilar,yaitu learning to know, to do, to be, dan to live together. Namun, menurut hemat saya, perlu ditambah satu lagi: learning to love each other.Hidup bersama tanpa cinta jelas tidak ada gunanya.Akan muncul fenomena KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga.

Lebih mengerikan lagi bila terjadi pertikaian, pertengkaran, perselingkuhan, dan perceraian. Yang merisaukan adalah manakala mayoritas rakyat Indonesia mendambakan pembangunan yang bertumpu pada kekuatan cinta atau The Power of Love,para elite politik di puncak kekuasaan malah terbius dengan The Love of Poweralias cinta kekuasaan.

Sebagai seorang Rotarian, saya selalu ingat salah satu slogan Rotary Club: “Show the Seed of Love” atau “Taburlah Benih-Benih Cinta“. Cinta pada rakyat, cinta pada lingkungan, cinta pada pekerjaan, cinta pada sesama. Mari kira renungkan puisi mbeling berikut ini: “Dengan tersenyum, wajah akan tambah menawan. Dengan tertawa, badan akan jadi lebih sehat.Dengan berdoa,jiwa akan lebih damai. Dengan cinta dan bercinta, kita sekaligus akan tersenyum, tertawa, dan berdoa: ‘Oh God…’”

Rasa cinta ini yang nampak kian meluntur di Tanah Air kita.Yang terlihat adalah nuansa kebencian, permusuhan, persengketaan mulai dari kalangan atas merembet, menular sampai pada lapisan bawah. Tawuran antarmahasiswa, karyawan, relawan, aparat, kampung, pendukung calon bupati/wali kota/ gubernur menjadi “santapan”seharihari. Padahal, sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya, sebagian umat beragama, mestinya merasa malu dan berdosa bila terlibat dalam tawuran yang penuh kekerasan dan merusak itu.

Coba kita resapi dalam-dalam keluhan seorang penyair: “Musa menyuarakan Taurat. Daud menyuarakan Zabur. Sidharta Gautama menyuarakan Tripitaka.Yesus menyuarakan Injil. Muhammad SAW menyuarakan Alquran. Kenapa kita, anak bangsa ini, menyuarakan permusuhan dan bahkan “perang saudara.”

Krisis Keteladanan

Bila diamati karut-marut yang menimpa rakyat republik ini, terlihat jelas bahwa salah satu penyebab utamanya adalah krisis keteladanan dan kepercayaan. Memang, masyarakat kita dituding sebagai low trust society.Kadar saling percaya mempercayainya teramat sangat rendah.

Namun, pemicunya adalah karena para pemimpin kita tidak bisa memberikan contoh keteladanan yang baik. Orang Jawa mengungkapkannya dengan istilah “jarkoni”: bisa ngajar, ora bisa nglakoni. Maksudnya, bisa memberi petuah tetapi dia sendiri tidak melaksanakannya.

Coba,rakyat selalu saja diminta mengetatkan ikat pinggang, tetapi para tokoh di lembaga eksekutif,yudikatif maupun legislatif justru sekarang mulai ketahuan satu demi satu perilaku menyimpang mereka yang kian melonggarkan ikat pinggang. Sampaisampai ada yang mengatakan, bila membaca pernyataan pejabat tinggi di media massa, kita harus mengartikan sebaliknya.

Jadi, manakala seorang pejabat tinggi di republik ini bicara berapi-api di layar televisi bahwa kenaikan BBM akan lebih menyejahterakan rakyat, kita langsung bisa menangkap arti sesungguhnya dari pernyataan itu. Krisis keteladanan di Tanah Air kita tersirat dari puisi berikut, “Pesan seorang bapak kepada anak lelakinya: ‘Jangan tawuran, nanti terluka’.Pesan seorang ibu kepada anak gadisnya, ”Jangan pacaran kelewatan, nanti kecelakaan”.

Pesan seorang dosen kepada mahasiswanya, “Jangan demo di jalanan, nanti kena popor senapan”. Pesan seorang ulama kepada santrinya,“Jangan memelintir ayat-ayat agama,nanti jadi isi neraka”. Ah, pesan-pesan melulu, mana keteladanannya! Bila dikaji lebih mendalam,kenapa tokoh-tokoh elite di puncak kekuasaan tidak mampu dan tidak mau jadi teladan, ada beberapa penyebab.

Pertama, karena dorongan hawa nafsu yang nyaris tidak terkendali. Kedua, karena peluang yang terbuka untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang (pemberian izin, proyek fiktif, mark up pembelian barang,dan lain-lain). Ketiga, karena kurangnya pengawasan dan tidak adanya mekanisme insentif dan disinsentif atau reward and punishment.

Gojek Joko Santoso menggambarkan nafsu-nafsu yang diidap para pemimpin kita melalui puisi mbeling yang berjudul Ramalan Cuaca.“Singapura berawan. Malaysia gerimis.Filipina hujan deras. India gempa bumi. Saudi Arabia hawa panas.Alaska hawa dingin.Indonesia hawa nafsu.” Nah, bila kita memang sepakat dan bertekad bulat untuk membangun bangsa dengan cinta, kita optimistis akan dapat segera bangkit kembali dari keterpurukan, lepas dari aneka kesengsaraan yang melanda rakyat.(*)

Prof Eko Budihardjo
Mantan Rektor Undip Semarang, Ketua Pembina Dewan Kesenian Jawa Tengah

1 comment:

  1. Di Suara Merdeka saya membaca pak Eko dkk mewakili rakyat Indonesia yang menolak pembangunan gedung baru DPR......
    di saat rakyat yang lagi terkena musibah bencana alam.
    SELAMAT BERJUANG UNTUK RAKYAT INDONESIA
    NB:Hanya saya gelisah.............Semoga pak Eko dkk,Emha Ainun Nadjib dkk,Iwan Fals,dan semua yang memperjuangkan nasib rakyat Indonesia selalu dilindungi Allah SWT dunia dan akhirat.Amin....Ya Robb ( curahan hati seorang Ibu )

    ReplyDelete